Tibet masih dilanda duka setelah gempa bumi dahsyat mengguncang wilayah terpencil di barat China, menewaskan setidaknya 126 orang. Hingga kini, lebih dari 14.000 petugas penyelamat telah tiba di lokasi untuk melanjutkan pencarian korban selamat.
Menurut laporan media pemerintah China, lebih dari 400 orang telah berhasil diselamatkan sejak gempa berkekuatan magnitudo 7,1 melanda pada Selasa, sekitar 80 kilometer dari kaki Gunung Everest. Ribuan rumah dilaporkan hancur akibat bencana ini.
Wakil Perdana Menteri Zhang Guoqing tiba di lokasi pada Rabu untuk memimpin operasi penyelamatan. Upaya tersebut menghadapi tantangan berat karena suhu musim dingin yang turun hingga -16 derajat Celsius pada malam hari.
Gempa besar ini termasuk salah satu yang paling mematikan di China dalam beberapa tahun terakhir. Wilayah tersebut memang rawan gempa karena berada di jalur patahan geologi utama. Getarannya juga dirasakan hingga Nepal dan beberapa bagian India yang berbatasan dengan Tibet.
Informasi terkait gempa dan dampaknya sebagian besar bersumber dari media pemerintah, mengingat akses internet di Tibet sangat dibatasi, dan jurnalis memerlukan izin dari pemerintah untuk masuk ke wilayah itu.
Presiden Xi Jinping menyerukan upaya maksimal untuk mengurangi korban jiwa dan membantu warga yang terdampak. Militer udara dan drone telah dikerahkan untuk mendukung proses penyelamatan. Media milik pemerintah, People's Daily, melaporkan bahwa lebih dari 30.000 orang telah direlokasi. Sementara itu, listrik dan layanan telepon seluler di Kabupaten Tingri, dekat pusat gempa, telah pulih pada Rabu pagi.
Diperkirakan lebih dari 3.600 bangunan runtuh, menyebabkan ribuan warga kehilangan tempat tinggal. Rekaman yang disiarkan oleh CCTV, media penyiaran pemerintah China, menunjukkan kerusakan parah di Kota Shigatse, wilayah suci di Tibet. Para petugas tampak menembus reruntuhan untuk menyelamatkan warga, sambil membagikan selimut tebal kepada penduduk.
Sangji Dangzhi, pemilik supermarket yang rusak akibat gempa, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa kerusakan rumah di daerah tersebut sangat signifikan. "Di sini rumah-rumah terbuat dari tanah. Jadi ketika gempa datang, banyak yang langsung runtuh," ungkap pria 34 tahun itu.
Seorang penghuni hotel di Shigatse menceritakan kepada media Fengmian News bahwa ia terbangun akibat guncangan hebat. "Saya langsung sadar itu gempa karena belakangan ini sering terjadi gempa kecil di Tibet," katanya.
Dalam beberapa jam pertama setelah gempa, tercatat lebih dari 40 gempa susulan. Namun, menurut Jiang Haikun, seorang peneliti dari China Earthquake Networks Center, gempa susulan yang lebih besar tidak terlalu mungkin terjadi meskipun masih ada potensi gempa berkekuatan sekitar 5 magnitudo.
Sebagai daerah yang menjadi basis populer bagi para pendaki Gunung Everest, Kabupaten Tingri terpaksa menghentikan tur wisata ke gunung tersebut. Semua pengunjung di kawasan itu telah dipindahkan ke area terbuka demi keselamatan.
Shigatse, yang dihuni oleh sekitar 800.000 orang, merupakan wilayah tradisional tempat tinggal Panchen Lama, tokoh spiritual dalam agama Buddha Tibet. Dalam sebuah pernyataan, Dalai Lama menyampaikan belasungkawa atas para korban. "Saya berdoa untuk mereka yang kehilangan nyawa dan berharap mereka yang terluka segera pulih," ujarnya.
Sementara itu, Nepal melaporkan bahwa meskipun getaran kuat dirasakan, kerusakan di wilayahnya relatif kecil. Seorang pejabat dari Pusat Operasi Darurat Nasional mengatakan hanya terjadi kerusakan ringan dan retakan pada beberapa rumah.
Gempa kali ini mengingatkan warga Nepal pada tragedi tahun 2015, di mana gempa berkekuatan 7,8 magnitudo menewaskan hampir 9.000 orang dan melukai lebih dari 20.000 lainnya. "Meski tidak seburuk 2015, saya tetap khawatir gempa besar akan terjadi lagi," ujar Manju Neupane, seorang pemilik toko di Kathmandu.